Minggu, 20 Juni 2010

OSTEOPOROSIS

A. Definisi
Osteoporosis “keropos tulang” menurut WHO merupakan penyakit skeletal sistemik dengan karakteristik massa tulang rendah dan perubahan mikroarsitektur dari jaringan tulang dengan akibat meningkatnya fragilitas tulang dan meningkatnya kerentanan terhadap patah tulang.
Osteoporosis disebut silent disease karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa disadari dan tanpa disertai adanya gejala.

B. Epidemiologi
Pria maupun wanita akan mengalami penurunan massa tulang saat usia menginjak 30 tahun, tetapi wanita lebih cepat mengalaminya. Pada usia 80 tahun, massa tulang trabekular wanita berkurang 40%, pria 13%. 80% penderita osteoporosis adalah wanita

C. Etiologi/FR
faktor terpenting terjadinya osteoporosis adalah tercapainya kepadatan tulang maksimal yang sempurna pada usia 20-25 tahun, maka ada beberapa faktor risiko yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Faktor konstitusional:
a. Wanita bertubuh kecil dan kurus
b. Haid pertama (menarche) lambat
c. Menoupause dini
d. Riwayat keluarga dengan osteoporosis
e. Latar belakang etnik: Etnik Kaukasia > Asia/Hispanik > Afrika

2. Faktor gaya hidup:
a. Peminum alkohol
b. Perokok berat
c. Asupan kalsium sangat rendah
d. Kurang gerak/kurang aktif
e. Diet tinggi garam ?
f. Bukan vegetarian
g. Diet menurunkan berat badan yang terlalu ketat

3. Akibat penyakit dan obat-obatan:
a. Kedua ovarium diangkat (ooforektomi)
b. Amenorrhoe berkepanjangan (tidak haid berkepanjangan)
c. Hipogonadism pada pria
d. Lambung dan usus keci1 diangkat (reseksi)
e. Hiperparatiroidisme
f. Penggunaan obat glukokortikoid berlebihan
g. Hipertiroidisme
h. Penyakit ginjal

D. Klasifikasi
Types of osteoporosis
1. Type I (Postmenopausal osteoporosis)
a. kurang estrogen
b. PTH to overstimulate osteoclasts
c. Excessive loss of trabecular bone
2. Type II (Age-associated osteoporosis)
a. Bone loss due to increased bone turnover
b. Malabsorption
c. Mineral and vitamin deficiency
3. Secondary

E. Manifestasi klinis
1. Gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut
2. Nyeri pinggang bawah berkepanjangan pada wanita pasca-menopause atau pada pria dan wanita usia lanjut.
3. Terjadinya patah tulang (fraktur) akibat suatu benturan ringan, yang pada keadaan normal benturan seringan itu tidak berakibat apa-apa. Tulang yang sering fraktur ialah tulang belakang bagian pinggang dan leher tulang paha.
4. Nyeri pada tulang dan otot akibat perubahan postur tubuh.
5. Gigi-geligi keropos, goyah dan tanggal.
6. semakin membungkuk (kifosis)
7. hilangnya tinggi badan

F. Patogenesis
Mekanisme penyebab osteoporosis
1. Imbalance kecepatan resorption dan formation
2. Failure to complete 3 stages of remodeling

penurunan kualitas tulang dan penurunan kepadatan tulang  kekeroposan tulang  patah tulang

Tulang Padat Tulang osteoporosis

G. Penegakkan diagnosis
1. Anamnesis
a. Usia
b. Pola hidup
c. Imobilitas
d. Perjalanan penyakit
e. Riwayat trauma
f. Riwayat keluarga
g. Riwayat pengobatan
2. Pemeriksaan fisik
a. Gaya berjalan
b. Deformitas
c. Nyeri spinal
d. Jar parut leher
e. Kifosis
f. Pendek
g. Spasme otot
3. Pemeriksaan penunjang
a. Rontgen, terjadi proses pengerasan tulang (demineralisasi) pada tulang panggul atau tulang belakang
b. DEXA (Dual X-Ray Absorbtiometry), ditentukan dengan T-Score (Radiographic determination of Bone Mineral Density)
T-Score Kategori
Lebih besar dari -1 Normal
-1 s.d -2,5 osteopenia
Lebih kecil dari -2,5 osteoporosis
Kriteria WHO






US
c. Bone Mineralometry atau Bone mineralo Densitometry (BMD)
pemeriksaan kuantitatif untuk memgukur kandungan mineral tulang. Terdiri atas sebuah scanner yang dapat bergerak di atas pasien. Di dalam scanner terpasang unit pembangkit sinar X. Sinar X yang terpancar akan menembus tulang dan diterima detector Nal. Selanjutnya computer akan mengilah dan menghasilkan data berupa Average BMD, Bone Mineral Content, Risk Treshold serta T score dan Z score.
d. PTF/AAFP“routine screening” above the age of 65
e. Single Photon absorptiometry
f. Dual Photon absorptiometry
g. CT scan
h. Ultrasound

H. DD
OA Gout Osteoporosis Fibromyalgia RA SLE
Usia 50-80 30-80 >50 >18, setengah baya 30-80 -
Gender wanita Laki-laki wanita wanita wanita Wanita
Morning stifness + - - + ++ -
Redness sign - + - - + -
Swollen - + - - + -
Aktivitas Kurang gerak - Kurang gerak Banyak gerak Banyak gerak -
Lokasi nyeri Sendi penopang tubuh, sendi jari tangan Sendi ibu jari kaki, sendi metatarsofalangeal Di pinggul, sendi vertebra T12-L1 Otot leher, bahu, bawah pinggul dan punggung Sendi pergelangan tangan, sendi jari tangan (metacarpophalangeal, interfalang proximal) ?
Nyeri bertahap Tiba-tiba Bertahap saat gerak Di titik tertentu bertahap -


I. Penatalaksanaan
1. Bisphosphonates
a. Alendronate (10 mg/day or 70 mg weekly),
Dimakan saat lambung kosong dengan 8 oz. water, standing upright for 30 minutes, ESO esophagitis. kontraindikasi active upper GI disease
b. Risedronate (5 mg/day or 35 mg weekly), < risiko GI
2. SERMS (Selective Estrogen Receptor Modulators)
a. Raloxifene-best data among 2 in class, approved for both prevention and treatment of osteoporosis
b. Tamoxifen—not FDA approved, but some data to suggest bone benefit
3. PTH (Teriparatide)-daily injections. Currently limited to those at very high fracture risk or those unresponsive to bisphosponate therapy due to high cost ($20/day) and risk of osteosarcoma
4. Calcitonin- nasal spray. Less effect on bone than bisphosphonates, risk of tachyphylaxis. Unique role in acute treatment of osteoporotic fracture—may be switched to alternate therapy once pain diminished.
5. Estrogen / Progestin therapy
No longer first line, but still an option in women who may be contraindicated from or intolerant to bisphosponates or raloxifene.
6. Combination therapy- there are demonstrable gains in using bisphosponates in combination with SERMs, and estrogen therapy if no contraindications and less than desired benefit on single osteoporosis therapy

Pencegahan
1. Cukupi kebutuhan kalsium harian, usia produktif = 1000 mg kalsium per hari, usia lansia = 1200 mg per hari.
2. Berjemur 30 menit pada pagi hari dan sore hari.
3. Melakukan olah raga dengan beban.
4. Gaya hidup sehat, menghindari rokok dan alkohol. Kurangi konsumsi kopi, minuman bersoda, daging merah.
5. Ibu hamil mengkonsumsi kalsium dengan cukup sehingga tulang bayi dalam kandungan tumbuh optimal dan tidak mengambil cadangan kalsium dari tulang ibu.
6. Untuk mengatasi rasa sakit, penderita osteoporosis diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik .
7. Konsumsi obat-obatan (kondisi tertentu), seperti estrogen, terapi sulih estrogen, dll.

J. Komplikasi
1. Fraktur kompresi
2. kifosis
3. Psikiatri (ggn emosi, depresi, cemas, ggn tidur)

K. Prognosis
Dubia ad bonam
20% meninggal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar